Kamis, 23 September 2010

Electronic Road Pricing



wow, namanya keren yah... tapi tunggu dulu, fungsinya ternyata gak sekeren namanya... Electronic road pricing ini sebenernya adalah kebijakan di beberapa negara di belahan dunia untuk mengatasi problemo yang namanya macet...and like usual, Indonesia pastinya ikutan rempong mau turut mengaplikasikan tekhnologi yang terbilang cukup modern ini.

tapi sebelumnya eke mau kasi tau dulu apa sih yang dimaksud dengan Electronic Road Pricing (ERP) ntu :
"Menurut wikipedia.com, ERP adalah sebuah sistem pengaturan lalu lintas kendaraan dengan cara menerapkan sistem berbayar bagi kendaraan yang akan melintasi jalan-jalan tertentu yang termasuk dalam kawasan pemberlakuannya. Dalam penerapannya, setiap kendaraan akan dipasangi sebuah alat (in-vehicle Unit) yang berisi informasi nominal deposit yang akan berkurang jumlahnya setiap kali melewati kawasan pemberlakuan ERP dimana di setiap kawasan tersebut akan ada semacam gerbang masuk dengan sensor otomatis yang berfungsi sebagai kasir elektronik yang akan mengurangi jumlah nominal deposit yang dimiliki kendaraan yang melewatinya. atau gampangnya, ERP ntu adalah pulsa yang kudu dibayar kalo kita mau mengakses jalan tertentu..."

nah adapun jalan-jalan di DKI Jakarta, ibukota negara kita yang menurut isunya dikit lagi gak bakal jadi ibukota lagi, yang bakalan di kenain aturan ini antara lain :
1. Jalan Sisimangaraja, jalur cepat dan jalur lambat.
2. Jalan Jenderal Sudirman, jalur cepat dan jalur lambat
3. Jalan MH Thamrin, jalur cepat dan jalur lambat
4. Jalan Medan Merdeka Barat
5. Jalan Majapahit
6. Jalan Gajah Mada
7. Jalan Pintu Besar Selatan
8. Jalan Pintu Besar Utara
9. Jalan Hayam Wuruk
10. Sebagian Jalan Jenderal Gatot Subroto antara persimpangan Jalan Gatot
Subroto-Jalan Gerbang Pemuda (Balai Sidang Senayan) sampai dengan persimpangan Jalan HR Rasuna Said-Jalan Jenderal Gatot Subroto pada jalan umum bukan tol.

terdengar kabar dari para petinggi diatas sana bahwa nantinya KALAU jadi diberlakukan, maka akan ditentukan tarif sebesar Rp 20.000,- untuk mobil per sekali melintas, dan untuk sepeda motor akan dikenakan pemotongan pulsa sebesar Rp 7.000,- per kendaraan per sekali melintas. dari segi penetapan tarif aja udah keliatan bahwa target dari penerapan ERP ini adalah supaya para pengguna kendaraan bermotor akan, setidaknya, berfikir 2x, untuk melintasi kawasan2 ERP ini.

tapi coba anda bayangkan, katakanlah seorang pengendara sepeda motor dengan gaji sama rata dengan batas ambang bawah UMR DKI Jakarta harus melintasi kawasan ERP ini beberapa kali dalam sehari, seminggu, bahkan sebulan, bisa2 dapurnya gak ngebul lagi...yang ada juga dompetnya kena krisis keuangan regional. nah jalan satu2nya pasti akan berpindah ke moda transportasi umum.

nah sedangkan seperti kita ketahui bersama, moda transportasi umum yang ada disini sangatlah buruk kualitasnya. tingkat kenyamanan yang rendah, resiko keamanan yang tinggi, sarana prasarann yang menyedihkan..apa bisa mendukung kecanggihan ERP. makanya, mister Azas Tigor Nainggolan pernah ngomong sama detik.com...,"kalo misalkan sarana moda transportasi umum gak dibenahi, jangan harap tujuan dari ERP akan tercapai".

maka dari itu, daripada sibuk ikutan rempong bikin kebijakan yang belum tentu seusai bin pas di negara kita tercinta ini, ada baiknya dilakukan segala macam fit en proper test dlu (tapi jangan studi banding lagi yaaa!!!). dan satu pertanyaan besar yang akan timbul en bergelayutan di benak gw kalo ERP ini bakal di terapin... DUIT DARI ERP INI MASUK KE KANTONG SIAPA YAAAA????




















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar